2016/04/26

Burundi, Apakah Itu?

Burundi adalah negara kecil di Afrika bagian timur-tengah. Bukan, bukan timur tengah kawasan di Asia bagian barat daya. Maksudnya bagian timur-tengah negara itu berada di Afrika agak ke timur jika dilihat dari timur-baratnya, dan agak di tengah jika dilihat dari utara-selatannya. Negara ini landlocked alias tidak memiliki laut. Pantai ada, tetapi pantai dari danau yang sangat besar sehingga ada ombak kecil ketika mencapai daratan.

Dari nama Burundi, orang pun belum tentu mengetahui bahwa itu adalah nama negara, bahkan bisa jadi belum pernah mendengar nama itu sebelumnya. Dibanding negara dengan awalan "B" lain seperti Belgia, Brazil, atau Belanda (tapi ini khusus kita saja),  tentu Burundi kurang populer. Bisa jadi negara dengan penduduk sekitar 10 juta jiwa ini kurang populer karena kecilnya negara itu, dengan luas tidak lebih dari 30.000 km2 (lebih kecil dari Jawa Barat), atau karena kemiskinannya, yang merupakan salah satu negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita terkecil di dunia. Padahal, ada imigran dari Burundi yang pernah menjadi menteri di Swedia. Pemain sepak bola di Liga Inggris pun ada yang merupakan pengungsi dari Burundi.

Peta Burundi yang disediakan Google Maps.

Peta Jawa Barat yang disediakan Google Maps dengan skala yang sama.

Kemiskinan

Kemiskinan Burundi, setidaknya untuk saat ini, ada beberapa sebab. Sebab utama tentu saja karena dijajah Jerman, yang kemudian diambil alih Belgia, pada masa-masa kolonialisme populer untuk negara Eropa. Setelah merdeka di tahun 1962, beberapa kali terjadi konflik-konflik bersenjata antar-sesama orang Burundi. Istilah populernya: perang sipil. Ini bisa jadi akibat dari strategi devide et impera yang dilakukan penjajah. Strategi ini membuat suku Hutu dan Tutsi yang mendiami kawasan Great African Lakes tidak akur satu sama lain. Konflik antar-suku yang paling parah di kawasan itu adalah Pembantaian Rwanda di tahun 1994. Orang Tutsi dibantai bahkan oleh tetangganya sendiri. Orang Hutu yang tidak mau membantai pun dibantai. Korban mencapai ratusan ribu kurang dari 100 hari. Permusuhan antara kedua suku ini di Burundi pun beberapa kali menimbulkan konflik. Konflik besar terakhir berlangsung dari 1993 hingga 2005. Pemberontaknya dari Hutu, yang secara jumlah penduduk lebih besar.

Faktor penting lain adalah sumber daya alam. Sumber daya alam yang kurang melimpah membuat masyarakatnya bergantung terhadap pertanian. Kopi adalah komoditas utama untuk ekspor. Andaikan ada luwak di sana, mungkin komoditas kopi akan berkembang pesat. Tidak ada luwak pun kopi memang ekspor utama, sih. Tidak adanya, atau sangat sedikit sehingga tidak feasible untuk dieksplorasi, minyak dan gas membuat kebutuhan energi dipenuhi lewat impor. Energi listrik yang sudah merupakan barang dasar manusia modern, setelah sandang, pangan, dan papan, hanya mencakup Bujumbura, ibukotanya, dan Gitega, mantan ibukotanya di era kolonial.

Faktor lain lagi yang juga tidak kalah penting adalah stabilitas politik. Presiden Pierre Nkurunziza yang merupakan pemberontak ketika perang sipil menginginkan term ketiga (seharusnya berakhir pada 2015). Pada tahun 2016 ini banyak terjadi konflik kecil antara loyalis presiden petahana dan pihak yang memprotes. Kecil memang, tetapi jika sering pun bisa bahaya. Pihak yang memprotes mengincar nyawa orang-orang penting di belakang Nkurunziza sementara pihak petahana diduga Amnesty International mengeksekusi yang dicurigai sebagai pemberontak/pemrotes. Akibatnya jelas: takutnya investor asing memulai bisnis di negara itu.

Apakah Burundi bisa maju?

Jawaban standar untuk mengangkat keadaan ekonomi suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan di Burundi dapat dikatakan buruk. Infrastruktur banyak yang hancur ketika perang, guru-guru mati terbunuh ketika perang. Burundi pun mengandalkan bantuan internasional untuk mendidik generasi muda mereka. Selain mengurus sekolah, ada beberapa bantuan yang membantu kebutuhan keluarganya. Tentu saja mereka tidak hanya memberi ikan. Mereka juga memberi ilmu untuk menangkap ikan. Dari pendidikan ini diharapkan Burundi berkembang menjadi negara yang lebih stabil secara politik maupun ekonomi. Jika tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, Burundi dapat bertahan dengan generasi yang terdidik dengan baik atau sumber daya manusia yang mumpuni,

Peluang lain dari Burundi adalah pariwisata. Ibukota Burundi, Bujumbura, berada di "pantai" dari Danau Tanganyika. Danau ini dimiliki oleh Burundi, Tanzania, Republik Demokratik Kongo, dan Zambia. Wisata pantai pastinya memiliki daya tarik yang kuat. Daya tarik turis lainnya tentu saja wilayah konservasi yang ada di negara itu, contohnya Taman Nasional Kibira. Dengan pariwisata, ekonomi Burundi bisa terangkat cukup signifikan.

Lake Tanganyika and Bujumbura view provided by Andreas31 under the license CC BY.


Jika Burundi memiliki ekonomi yang kuat, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi negara yang dikenal masyarakat internasional seperti negara kecil dan kaya lainnya.

No comments:

Post a Comment