2016/04/27

Kerja Praktek di BPPT

Pelajar maupun mahasiswa ada kalanya diharuskan melakukan kerja praktek atau praktek kerja lapangan di suatu perusahaan. Mereka ada yang ingin melakukannya di perusahaan ternama, ada yang mengutamakan insentif alias uang saku, ada yang berpikiran "yang penting kerja praktek", ada juga yang mementingkan lokasi.

Bagi mereka yang mementingkan reputasi perusahaan dituju, tentu mencari-cari informasi untuk mendaftar lebih awal karena biasanya pendaftar banyak tetapi daya tampung perusahaan untuk siswa magang tidak mencukupi untuk kesemuanya. Dengan mendaftar lebih awal, kans mereka diterima magang di sana lebih besar. Ada yang 1 tahun sebelum waktu kerja praktek sudah mendaftar, bahkan memang ditentukan perusahaannya harus mendaftar T-1 (satu tahun sebelumnya).

Ada kelompok minoritas yang mementingkan kerja praktek harus melakukan penelitian, atau paling tidak bersinggungan sedikit dengan penelitian. Dengan ketentuan ini, kerja praktek bisa dilakukan di 2 jenis lembaga: perusahaan dan lembaga penelitian. Untuk perusahaan, kerja praktek dilakukan di bagian research and development (RnD) atau penelitian dan pengembangan. Contoh perusahaan yang bisa didatangi untuk kerja praktek di bagian ini adalah Telkom. Telkom memiliki divisi RnD yang disebut dengan Riset Teknologi Informasi (Risti/RisTI) atau Research and Development Center (RDC). Intinya, perusahaan yang bergerak di bidang industri ada bagian RnD dan seharusnya bersedia menerima siswa magang dengan batasan-batasan tertentu untuk menjaga rahasia perusahaan.

Selain perusahaan, ada lembaga penelitian untuk kerja praktek. Contoh lembaga penelitian di Indonesia yang juga lembaga negara adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Lembaga ini pun pada dasarnya mengajak pelajar dan mahasiswa untuk magang di sana. Biasanya lembaga-lembaga ini kurang populer karena bukan "perusahaan" dan tentu tidak ada uang saku. Mungkin kalau diberi, ada tahapan khusus. Mereka yang magang di sini antara memang mengutamakan penelitian di kerja prakteknya atau tidak diterima di perusahaan manapun.


Profil BPPT

BPPT berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan. Kantor di Jalan M.H. Thamrin Jakarta betul-betul kantor, digunakan untuk administrasi. Proses penelitian utamanya dilakukan di Serpong. Ada banyak program penelitian dan berbagai bidang di sana, dari ilmu dasar seperti fisika yang paling dekat dengan matematika, hingga teknologi seperti konstruksi dan nuklir yang merupakan penerapan fisika.

BPPT dibagi menjadi deputi. Deputi dibagi berdasarkan kelompok ilmu tertentu contohnya Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, dan Material (TIEM) dan Deputi Bidang Teknologi Industri, Rancang Bangun, dan Rekayasa (TIRBR). Deputi lain ada yang membidangi masalah pertanian, kelautan, dan lainnya.

Deputi sendiri dibagi dengan pusat teknologi. Contohnya adalah Pusat Teknologi Elektronika (PTE) dan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK). Pusat teknologi ini membidangi bagian yang lebih spesifik dibanding deputi.

Di bawah pusat teknologi, ada bagian bernama balai. Balai di sini lebih spesifik lagi dibanding pusat teknologi. Selain itu ada yang bernama laboratorium. Contohnya Laboratorium Teknologi Smart Card dan Laboratorium Digital Signal Processing. Laboratorium lebih spesifik lagi dan merupakan unit terkecil yang "hidup" di BPPT. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi dapat dilihat di bawah ini.

Struktur organisasi BPPT diambil dari website resminya.

Gambar di atas tidak memasukkan laboratorium bisa jadi karena unit tersebut untuk satu pusat teknologi sudah banyak. Jika dimasukkan semua, bagan ini bisa lebih kompleks lagi.


Mendaftar KP/PKL

Sebelum mendaftar, calon siswa magang mencari bagian yang sesuai dan diinginkan. Bagian bisa di laboratorium atau balai. Untuk bagian lain bisa ditanyakan ke BPPT langsung. Siswa diharuskan mengirimkan surat pengantar kerja praktek dikeluarkan sekolah atau kampus asal. Surat pengantar dapat berupa apa saja yang jelas berisi bahwa si anu ingin melakukan kerja praktek di bagian mana. Proposal tidak wajib tetapi jika ada bisa disertakan. Surat-surat yang diperlukan dapat dikirim ke kantor pusat di Jakarta atau pun langsung ke unit yang dituju di Serpong. Pengiriman surat pengantar (dan proposal) juga bisa dilakukan melalui ekspedisi atau pun diantar langsung. Lebih baiknya surat-surat diantar sendiri langsung ke unit dituju karena administrasi di kantor pusat M.H. Thamrin, Jakarta, masih buruk (belum tentu surat pengantar dikirim atau diinfokan ke Serpong). Ini sesuai pengalaman pribadi. Tentu saja calon siswa magang harus membuat janji dengan orang yang berwenang misalnya kepala lab. Jika tidak membuat janji, dikhawatirkan orang yang akan ditemui sedang sibuk, misalnya rapat atau bahkan ke luar kota.

Kontak orang yang berwenang biasanya ditanyakan ke kakak kelas yang sudah kerja praktek. Jika belum ada, bisa ditanyakan langsung ke email atau telepon di website, dengan unit lebih kecil lebih baik. Misalnya di website ada kontak PTE, tanyakan kontak untuk unit di bawahnya seperti laboratorium. Jika tidak ada kontak PTE, cari kontak di Deputi TIEM, tanyakan ke sana. Syukur-syukur di website sudah ada kontak untuk unit yang dituju.

Jika sudah mencari kontak tetap tidak mendapatkannya, langsung saja datangi kantor yang di Serpong dan menanyakan ke satpam atau resepsionis unit yang akan dituju. Untuk awalnya, bisa tanyakan ke satpam di gerbang utama. Tanyakan unit besarnya seperti gedung pusat teknologi. Jika pertanyaannya terlalu spesifik, pegawai sana belum tentu tahu, karena ada banyak unit di sana. Contoh pertanyaannya: "Pak, kalau PTIK gedungnya arah ke mana ya?" Berdasarkan pengalaman pribadi, kawasan BPPT Serpong ini cukup luas dan petunjuknya kurang lengkap, terutama banyak gedung baru sehingga petunjuknya belum diperbaharui. Setelah mengetahui kawasan gedung pusteknya (karena satu pustek bisa memiliki gedung lebih dari satu), tanyakan ke resepsionis di salah satu gedung mengenai kontak unit terkait di bawah pustek itu.

Jika sudah mengontak dan berjanjian dengan orang yang berwenang, dapat bertemu untuk memberikan surat pengantar dan membicarakan hal kerja praktek seperti apa yang mau dikerjakan, latar belakang pendidikan (jurusan dan minat), dan rencana durasi magang.


Feedback dan prospek lanjutan

BPPT tentu menginginkan feedback dari siswa magang. Mereka tidak menerima siswa dengan cuma-cuma. Presentasi pekanan sebagai catatan kemajuan pekerjaan dapat dilakukan. Laporan hasil kerja praktek pun diminta pihak sana sebagai evaluasi. Lebih lagi, hasil kerja pun diminta. Ini masuk akal karena siswa magang memakai fasilitas sana. Hasil kerja adalah benda fisik yang dikerjakan seperti robot atau rancangan sensor misalnya atau hasil kerja nonbenda seperti program yang dirancang selama magang atau data kalkulasi yang dikerjakan.

Jika performa siswa magang baik (khusus mahasiswa), bisa jadi pihak BPPT menawarkan mahasiswa ini untuk melakukan penelitian lanjutan untuk tugas akhir. Biaya yang dibutuhkan untuk penelitian bisa ditanggung mereka. Hal ini masih subjektif tergantung penilaian orang yang berwenang terhadap siswa magang. Jika tidak ditawarkan pun bisa mengajukan proposal penelitian di sana. Tentu saja sama dengan kerja praktek, hasil penelitian baik fisik, seperti alat yang dibuat, maupun nonfisik, contohnya source code program yang dibuat, diserahkan ke sana.

1 comment: